Senin, 01 Februari 2016

Ketika Silat Kampung Mengangkat Budaya



Jame Karomeh yang kini berubah nama menjadi Cingkrik Biru sejak tanggal 13 Januari 2016 di MILAD yang ke-IX merupakan salah satu perguruan Silat Betawi yang berada di Kawasan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Perguruan tersebut membawahi empat sanggar yang berada di beberapa wilayah diantaranya Ciganjur sebagai pusatnya, Jagakarsa, Lenteng Agung, dan Kebayoran Baru.

Aliran silat yang dipelajari berupa Cingkrik Kembang Kong Haji Nawi. Suatu seni permainan silat yang berasal dari Kong Haji Nawi yang tidak lain merupakan kakek Ahmad Muharrom Al batawie atau biasa disapa Ki Viellay. Uniknya silat Betawi adalah ilmu yang diajarkan dengan cara turun temurun.

Anggota Jame Karomeh di pusat rata-rata remaja kelas 1 sampai 3 SMA. Dalam perjalanannya, kelompok belajar silat yang berusia kurang lebih dua tahun lebih banyak diikuti anak-anak remaja. Umumnya, mereka diajak teman sebaya untuk ikut belajar silat. Para anggota berlatih seminggu dua kali, bisa pagi maupun malam hari. Seperti saat ditemui, dengan seragam pangsi warna biru mereka telah siap berlatih sampai tengah malam.

Silat merupakan gerakan yang perlu dipelajari dengan ketekunan. Untuk itu, Ki Viellay membagi menjadi beberapa tingkatan. Sabuk hitam diperuntukkan bagi anggota tingkat dasar. Sabuk putih untuk tingkat dasar ke menengah, sabuk merah untuk tingkat menengah dan sabuk biru untuk tingkat atas. Setiap tingkatan masih dipecah lagi menjadi polos, golok satu, golok dua dan golok tiga. Rumitnya pembagian tingkatan tidak lain karena silat membutuhkan gerakan yang sempurna. “Kalau tekun dan mengikuti metode dari awal sampai akhir bisa diselesaikan dlam waktu 2,5 sampai tiga tahun,” ujar dia tentang waktu yang dibutuhkan untuk mempelajar silat.

Untuk mengetahui kemahiran masing-masing siswa, Ki Viellay menarapkan sistem rapot. Saat dibagikan, rapot harus diambil oleh orang tua.  Hal tersebut dilakukan karena banyak orang tua yang melarang anaknya belajar Silat Betawi. Mereka berpikiran bahwa Silat Betawi dinggap silat kampung yang mengandung unsur-unsur kebatinan. Sehingga banyak orang tua yang lebih senang anaknya belajar beladiri moderen dari budaya luar, seperti karate maupun tekwondo.

Sikap tersebut membuat beberapa guru Silat Betawi merasa miris, kekayaan seni bangsa sendiri dianggap kampungan. Pernah, Ki Viellay tukar cerita dengan guru Silat Betawi yang membawa permainan silat sampai ke Nederland, Belanda. “Budaya kita bisa terkikis kalau seperti ini. Kalau kita tidak dihargai disini (dalam negeri), kita bawa saja ke luar negeri untuk mencari generasi penerus,” ujar dia menceritakan obrolannya dengan seorang guru.

Silat Betawi menekan jari jemari yang menyerang dari belakang. Jari ditekan ke arah berlawanan dengan struktur tulang. Lalu dengan mudah,  memplintir lengan dan membanting tubuh musuh. Penekanan jari ke arah berlawanan, plintiran di bagian pergelangan tangan maupun penekanan di bagian bawah leher merupakan cara awal melemahkan lawan. Bagian-bagian tersebut merupakan titik-titik untuk menghilangkan kekuatan lawan. Kalau sudah begitu, jawara dengan mudah mengalahkan lawan.

Kamis, 21 Januari 2016

Rabu, 20 Januari 2016

Cabang-Cabang (Sanggar)



CABANG-CABANG (SANGGAR)


Sampai saat ini Perguruan Silat Cingkrik Biru baru memiliki 2 Cabang (Sanggar) yang berada di jakarta selatan, dengan di koordinir oleh para koordinator masing-masing cabang (sanggar) yang diantaranya yaitu :

¤ Sanggar Haji Nawi (SANGHAWI)
Adalah Sanggar Pusat (Induk)
PS. Cingkrik Biru yang bertempat di kawasan Cipedak, tepatnya di :
Jl.R.Moh Kahfi I Gg.H.Amsar, Kav.H.Nawi Rt.012/04, Kel.Cipedak Kec.Jagakarsa, Jakarta Selatan.

¤ Sanggar Haji Nawi (SANGHAWI)
Adalah Salah Satu Cabang 
PS. Cingkrik Biru yang bertempat di kawasan Gandaria Selatan, tepatnya di :
Jl.H.Nawi 1 No 1C Rt.003/Rw.02, Kel.Gandaria Selatan Kec.Cilandak, Jakarta Selatan.

¤ Ekstrakulikuler Manaratul Islam (ESMANIS)
Adalah Salah Satu Cabang 
PS. Cingkrik Biru yang bertempat di kawasan Gandaria Utara, tepatnya di :
Jl. Madrasah No.12, RT.8/RW.1, Kel. Gandaria Selatan Kec. Cilandak, Jakarta Selatan.



Selasa, 19 Januari 2016

Cingkrik Kembang Kong Haji Nawi


Sekretariat :
Jl.R.Moh Kahfi I Gg.H.Amsar, Kav.H.Nawi Rt.012/04
Kel.Cipedak Kec.Jakarsa, Jakarta Selatan. 
Tlp. 0857 7000 8710 

Guru Besar : Ahmad Muharrom Al-Batawie (Ki Viellay)


SEKILAS CINGKRIK KEMBANG KONG HAJI NAWI

Perguruan Silat Cingkrik Biru adalah ilmu seni beladiri betawi (Maen Poekoelan Betawi) dari jenis silat aliran Cingkrik Kembang yang mengambil jalur dari Kong Haji Nawi bin Haji Sa'aip Al-batawi bin Kumpi Ri'an.

Dahulu di kawasan wilayah Cilandak Timur dikenal seseorang juragan yang memiliki banyak kerbau (kebo), beliau adalah Kong Haji Nawi yang juga gemar berpantun dikala sedang mengangon maupun sedang cangkrukan (nongkrong / kongkow bareng) di sebuah warung dan juga kadang di Langgar (mushollah).

Namun ada sesuatu hal yang banyak tidak diketahui warga / masyarakat luas, yaitu kepandaian beliau dalam memiliki ilmu seni beladiri betawi (maen poekoelan betawi) yang entah dari mana dan dari siapa dia dapatkan, karena tidak ada sumber yang diketahui baik dari keluarga, kerabat, sahabat, juga sanak saudaranya tentang kepandaiannya dalam maen poekoelan betawi. 

Maen poekoelan betawi telah mengambil tempat tersendiri didalam dirinya seakan bagai harta terpenting yang beliau miliki, sampai anak cucunya sendiri banyak yang tidak mengetahui akan keahliannya itu. Dan pada saat hari tuanya beliau mencoba untuk mencari sosok penerus untuk mewarisi gerakan ilmu seni beladiri betawi yang beliau miliki dengan mengembangkan aliran silat cingkrik yang beliau punya. 

Dari sekian banyak anak cucunya, akhirnya beliau menurunkan kepada salah satu cucunya dari anaknya yang bernama Abuya Haji Muhammad Nur Hasan. 

Saat itu, dikala beliau ingin menurunkan kepandaiannya tersebut kepada cucunya yang masih sangat kecil, sering sekali Kong Haji Nawi mengunjunginya untuk membujuk agar mao dikasih permaenan yang beliau miliki. 

Berharap agar cucunya mao menerima ilmu seni beladiri betawi yang akan beliau turunkan, akhirnya Kong Haji Nawi mengajaknya untuk bermain Cingkrik yang mana cucunya beranggapan bahwa beliau ingin mengajak bermain jingkrik / batu bete (permainan anak zaman dahulu), pada kenyataannya bukannya bermain seperti yang dimaksud oleh cucunya, akan tetapi beliau malah mengajarkan maen poekoelan cingkrik betawi yang telah beliau kembangkan sendiri gerakan-gerakannya tersebut kepada cucunya yaitu yang bernama Ahmad Muharrom Al-Batawi yang lebih akrab / sering dipanggil Ki Viellay oleh murid-murid perguruan silat yang ia bina, serta orang-orang yang mengenalnya.